-->

Wanita Cacat Kerja Keras Demi Selesaikan Sekolah Adik Ipar, Diluar Dugaan Malam Itu Balasan Adiknya Begini !!


Redaksi Baca - Feng Xi seorang gadis yang tinggal di desa kecil Dong Ping, Tiongkok.
Usianya 26 tahun dan ia belum menikah.

Wajahnya tidaklah jelek, ia juga mahir dalam menjahit.
Namun ia mengalami cacat sejak lahir, hingga saat ini ia tidak bisa berjalan normal alias pincang.
Tantenya awalnya mengenalkan Feng Xi pada banyak lelaki yang seumuran dengannya, namun saat tahu ia mengalami cacat kaki, semua menolaknya.

Feng Xi banyak ditertawakan oleh orang-orang di sekitarnya, sehingga ia tidak terlalu banyak bergaul dan sering menyendiri.
Semua wanita di desa yang seumuran dengan Feng Xi sudah menikah dan memiliki anak.
Ini membuat Feng Xi sangat sedih dan murung.
Neneknya Feng Xi mengatakan bahwa di desa sebelah ada seorang pria bernama Li Dong.

Ia memiliki kedai kecil dan berjualan nasi goreng.
Orang tua Li Dong sudah meninggal lebih dulu.
Di rumah, hanya tersisa Li Dong dan adiknya.

Badan Li Dong agak pendek, hanya 150 cm, ekonominya juga pas-pasan, sehingga Li Dong juga belum memiliki istri sampai sekarang.
Karena itu, Neneknya Feng Xi bermaksud untuk menjodohkan Feng Xi dengan Li Dong.

Saat mereka berdua dipertemukan, mereka saling bercanda dan tampak saling menyukai.
Yang satu pendek, dan yang satu pincang, mungkin hal ini jugalah yang membuat mereka berpikir kalau mereka sepadan.
Keduanya pun menikah dan memulai hidup baru.
Li Dong memiliki seorang adik bernama Li Hua, ia sangat sopan, dan badannya juga tinggi.
Saat ini Li Hua bersekolah di sebuah SMA dekat desa mereka.

Sejak kecil, Li Hua sangat suka belajar.
Meskipun ekonomi keluarga sangat pas-pasan, namun ia selalu mendapat nilai yang bagus di sekolah.
Ini membuat Li Dong sangat bangga, dan sebelum ibu mereka meninggal, ibu mereka berpesan pada Li Dong agar dapat menyekolahkan Li Hua hingga perguruan tinggi.

Feng Xi hanyalah tamatan SD, ekonomi keluarga Feng Xi juga tidaklah baik, terlebih lagi karena kakinya yang pincang, membuat ia merasa tidak nyaman bersekolah.
Namun Feng Xi sangat menghormati orang yang berpendidikan, ia pun sangat mendukung agar adik iparnya, Li Hua agar dapat terus bersekolah.
Biasanya, ia akan mengumpulkan sedikit uang yang ia dapat dari hasil menjahit untuk ditabung demi biaya kuliah Li Hua nanti.

Musim mulai berganti menjadi musim panas.
Dagangan Li Dong tidak terlalu laku di musim ini.
Dengan pertimbangan yang matang, Li Dong memutuskan untuk pergi ke kota dan bekerja sebagai tukang bangunan disana, demi mengnafkahi keluarga dan mengumpulkan biaya kuliah adiknya.
Karena itu, toko pun diserahkan kepada Feng Xi.

Feng Xi juga mendukung keputusan yang dibuat Li Dong, setelah membantunya mempersiapkan koper, ia mengantar Li Dong ke stasiun bus menuju kota.
Tubuh Li Dong yang kecil membuat ia sangat kesulitan saat bekerja, namun ketika ia teringat akan adiknya, ia kembali bersemengat dan pantang menyerah.
Tak lama lagi, ujian nasional tingkat SMA akan dimulai.

Li Dong sengaja pulang ke desa untuk menemani Li Hua belajar.
Setelah ujian nasional berakhir, ia melihat Li Hua dengan santai dan muka yang gembira keluar dari ruang ujian.

Li Dong pun tau bahwa adiknya pasti akan lulus, dan ia pergi lagi ke kota untuk bekerja.
Suatu hari, seorang tukang pos melemparkan surat ke depan rumah Feng Xi.
Saat Feng Xi membukanya, ia langsung berteriak girang dan memberitahu Li Hua bahwa ia diterima di sebuah universitas ternama di luar kota.
Namun, tak beselang berapa hari, kabar duka menimpa mereka.
Li Dong meninggal karena kecelakaan kerja.

Setelah selesai mengurus pemakaman kakaknya, Li Hua berkata dalam hati,
"jika kakak ku tidak berjuang untuk biaya kuliah ku, ia tidak akan meninggal secepat ini, dan kakak ipar ku juga tidak akan menjanda seperti sekarang."
Li Hua pun tidak ingin melanjutkan kuliahnya lagi, namun Feng Xi tidak setuju, Ia berata kepada Li Hua,

"Kuliah adalah mimpi terbesar mama dan kakak mu.
Kamu harus mempertanggungjawabkannya!"
Beberapa hari sebelum masuk kuliah, dengan kaki pincangnya, Feng Xi berkeliling desa untuk mencari pinjaman demi menutupi biaya kuliah Li Hua hingga akhirnya terkumpul.
Li Hua pun berangkat ke kota dan memulai kehidupan kuliahnya.
Feng Xi tetap bekerja keras demi biaya kulaih Li Hua kedepannya.

Kakak sepupunya mencarikan pekerjaan untuk Feng Li di sebuah perusahaan bordir kain.
Karena Feng Xi memiliki ketrampilan di bidang tersebut, ia dapat beradaptasi dalam waktu yang cepat.
Beberapa hari sebelum masuk kuliah, dengan kaki pincangnya, Feng Xi berkeliling desa untuk mencari pinjaman demi menutupi biaya kuliah Li Hua hingga akhirnya terkumpul.

Li Hua pun berangkat ke kota dan memulai kehidupan kuliahnya.
Feng Xi tetap bekerja keras demi biaya kulaih Li Hua kedepannya.
Kakak sepupunya mencarikan pekerjaan untuk Feng xi di sebuah perusahaan bordir kain.
Karena Feng Xi memiliki ketrampilan di bidang tersebut, ia dapat beradaptasi dalam waktu yang cepat.

Kakak sepupunya pun bertanya pada Feng Xi, "suami mu sudah meninggal, sekarang kamu sudah tidak punya hubungan apapun dengan Li Hua.
Mengapa kamu masih bekerja keras untuk membiayai kuliahnya?
Feng Xi pun dengan santai menjawab, "Aku sudah menjadi bagian dari keluarga Li, sebagai kakak ipar, aku harus membiayai kuliah adikku."

Dalam universitas, Li Hua belajar sangat giat agar dapat memperoleh beasiswa, jika ada waktu kosong, ia pun akan bekerja.
Setelah lulus, Li Hua tetap tinggal di kota dan bekerja di sana.
Saat itu, Feng Xi pun kembali ke desa dan membuka kembali kedai nasi gorengnya.

Li Hua teringat akan betapa besarnya pengorbanan Feng Xi selama beberapa tahun ini, ia tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan Feng Xi.
Apalagi Feng Xi sekarang hidup sendirian di desa, pastilah sangat susah dan kesepian.
Kali ini, Li Hua sudah memikirkan dengan matang, ia pulang ke desa dan mencari Feng Xi.

Malam itu akhirnya Li Hua memberanikan diri bicara.
Ia berkata di hadapan Feng Xi, "kakak ipar, aku ingin menikahi mu.
Selama ini kamu sudah menjaga aku dengan baik, sekarang biarkan aku menjaga kamu dengan baik, tidak akan membiarkan mu menderita."
Mendengar ini, Feng Xi agak kaget, ia tidak pernah berpikir bahwa Li Hua akan mengatakan hal seperti ini.

Feng Xi menggelengkan kepalanya, "aku yang seperti ini mana pantas untuk mu? Aku tak berpendidikan, tubuhku cacat dan aku juga adalah seorang janda."
Sambil menangis, Feng Xi berkata lagi, "Adikku, aku baik-baik saja disini. Aku sangat bangga pada mu, namun aku tahu, cinta berbeda dengan simpati.

Kamu tidak perlu berterima kasih pada ku dengan cara seperti ini.
Jika kamu ingin berterima kasih padaku, bekerjalah dengan giat, carilah seorang istri, dan saat punya anak, biarkan aku menjaga anakmu, kita menjaga satu keluarga selamanya...
Li Hua pun menangis dan berlutut di hadapan Feng Xi.

sumber : palembang.tribunnews.com

Iklan Atas Artikel