Miliki 9 Anak Laki-Laki!! Pria ini Tega Usir Putri Tunggalnya, Tak Disangka Malah Jadi Begini !!
22:51
Redaksi Baca - Dimasa kepemimpinan Kaisar Kang Xi, Dinasti Qing (1647-1683), disebutkan jika ada kisah yang datang dari sebuah Desa Xia Chuan, Kota Midu, Provinsi Yunnan, Tiongkok.
Disana, seperti dilansir EraBaru dari Situs TWGreatdaily, hiduplah seorang kaya raya bernama Jin Shan.
Selama berumah tangga, Jin ternyata dikaruniai 9 anak laki-laki dan 1 anak perempuan.
Sayangnya, Jin dikenal sebagai pribadi yang senang membanggakan dirinya sebagai orang karena punya banyak harta dan bisnis yang ditekuninya selalu berjalan mulus.
Suatu hari, Jin Shan yang sudah tua memanggil 9 anaknya dan bertanya.
“Anak-anakku! Anugerah siapa yang selama ini kalian nikmati?" ?”
"Anugerah darimu ayah!" jawab 9 anaknya tersebut secara serentak.
Mendengar ini, Jin tersenyum senang sekaligus tertawa dalam hati.
Jin memang senang ketika orang-orang memuji dirinya di depannya.
Ia pun kemudian menanyakan pertanyaan yang sama kepada putri semata wayangnya.
Namun sang putri justru menjawab kalau semua anugerah yang ia rasakan selama ini adalah berkat usahanya sendiri.
Mendengar ini, emosi sang ayah mendidih dan langsung mengatakan :
"Ini uang 20 Tael (Mata uang Tiongkok zaman dulu, setara Rp 550 ribu di masa sekarang).
Dan ini satu ekor kuda.
Pergilah dan nikmati anugerah mu itu.
Mulai sekarang jangan pernah kembali pulang kesini!"
Sang putri tahu betul sifat sang ayah yang setiap ucapannya harus selalu dipatuhi.
Tak ada yang bisa menentang dan melawan ketika sang ayah sudah mengatakan sesuatu.
Mendengar sang ayah mengusirnya, sang putri langsung mengucapkan selamat tinggal dan pergi dari rumah tersebut smabil menaiki kuda dengan berurai airmata.
Ia langsung pergi meninggalkan desa tersebut, namun karena tak tahu harus pergi kemana, ia sempat merasa bingung.
Ia pun memutuskan untuk pergimengikuti kemana kaki kudanya melangkah.
Saat Matahari sudah terbenam,Tibalah dia pada sebuah rumah kecil yang ternyata ditinggali sebuah keluarga, satu ibu dan satu anak laki-laki.
Mereka bekerja sebagai seorang petani.
Kepada mereka, ia memperkenalkan diri sebagai Xiao Mei.
Xiao Mei meminta izin agar bisa menginap satu malam saja di rumah mereka.
Dengan berurai air mata, Xiao Mei pun akhirnya menjelaskan siapa dirinya sebenarnya saat ibu pemilik rumah tersebut terus bertanya darimana asalnya.
Setelah mendengar ceritanya, ibu tua itu berkata :
"Kalau kau tidak keberatan, silahkan tinggal di rumahku!
Anakku ini, Li Ming, orangnya baik dan pekerja keras."
Setelah berpikir sejenak, Xiao Mei menerima tawaran tersebut
Waktu pun berlalu.
Xiao Mei ternyata menikah dengan Li Ming
Musim demi musim berganti, meski hidup sederhana, suami istri ini selalu bekerja dengan keras dan rajin, tanpa melupakan kewajiban mereka untuk berbakti kepada sang ibu.
Walau hidup susah, mereka bertiga selalu hidup rukun dan harmonis.
Satu tahun berlalu.
Xiao Mei akhirnya melahirkan seorang anak laki-laki.
Suasana rumah pun menjadi semakin meriah.
Sang ibu bahkan merasa senang bukan kepalang saat menimang cucu untuk pertama kalinya.
Lambat laun, sang anak pun akhirnya tumbuh besar dan sudah bisa membantu keluarganya mencari nafkah.
Pada suatu hari, rumah merkea tiba-tiba didatangi seorang pengemis tua yang ingin meminta sedekah.
Melihat pengemis ini sudah sangat tua dan tak berdaya, anak laki-laki Xiao Mei bertanya kepadanya.
"Kakek, dimana anak-anakmu?
Kenapa kau sampai mengemis seperti ini?"
Pria tua itu menjawab :
"Aku memang punya anak, 9 laki-laki dan 1 perempuan.
Tapi anak-anakku dan menantuku malas.
Kerjanya hanya makan dan senang-senang saja.
Karena ulah mereka hartaku habis dikuras.
Saat aku sudah miskin, mereka semua meninggalkanku begitu saja," ucapnya dengan sedih.
"Aku bahkan mengusir putri tunggalku.
Entah dimana sekarang dia berada.
Aku menyesal sudah mengusirnya."
Saat mengobrol dengan pengemis tua itu, ayah dan ibu pemuda ini pulang ke rumah.
Melihat pengemis tua itu berdiri di hadapannya, Xiao Mei kaget bukan kepalang.
Matanya berkaca-kaca saat tahu kalau pengemis itu adalah ayahnya sendiri.
Air matanya semakin membasahi pipi saat mengingat masa lalunya, termasuk ketika ayahnya mengusirnya dari rumah.
Tahu kalau ibu dari pemuda itu adalah anaknya sendiri, pengemis tua itu tak kuasa menahan rasa malunya.
Ketika akan keluar dari rumah anak yang dulu pernah diusirnya, ia justru ditahan oleh semua orang di dalam rumah tersebut.
Mereka meminta agar ia tinggal bersama di rumah tersebut, tanpa harus merasa malu atas papa yang terjadi.
Xiao Mei bahkan memaafkan ayahnya meksi dulu pernah diusir dari rumah.
Sejak saat itulah, merkea hidup bersama dan bahagia, tanpa mengungkit-ungkit masa lalu Jin yang dulu sombong dan tamak dengan harta kekayaannya.
Meski sang anak sudah menerimanya, Jin ternyata sering murung.
Lama kelamaan, kondisi kesehatannya memburuk hingga akhirnya ia meninggal dunia.
Xiao Mei dan Li Ming kemudian membawa abu jenazah ayahnya kembali ke kampung halamannya agar bisa dimakamkan di sana.
Xiao Mei juga mendirikan sebuah batu nisan sebagai bentuk penghormatan untuk ayahnya.
Ia bahkan meminta pemahat batu nisan itu untuk menyertakan namanya dan sang suami batu nisan tersebut.
Namun, sembilan saudaranya yang lain tak dimasukkan di batu nisan tersebut.
Kisah bakti Xiao Mei ini memang termasuk salah satu kisah menyentuh hati yang datang dari negeri tirai bambu, China.
Bahkan menurut beberapa sumber, batu nisan yang dibuat Xiao Mei ternyata masih ada, meski sumber tak menyebut dengan pasti dimana lokasi batu nisan tersebut.
Beberapa warga disana bahkan sering menyebut batu ini sebagai batu nisan yang dibuat Xiao Mei sebagai bentuk baktinya kepada ayahnya.
sumber : palembang.tribunnews.com