-->

Dari Lehernya Keluar Banyak Ulat Jelang Sakaratul Maut, Pria ini Lakukan Hal Mengejutkan 2 Jam Sebelum Sakit !!


Redaksi Baca - “Diharamkan kepada kamu (memakan) bangkai, dan darah, dan daging babi, dan binatang-binatang yang disembelih kerana yang lain dari Allah, dan yang mati tercekik, dan mati dipukul, dan mati jatuh, dan mati ditanduk, dan yang mati dimakan binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih, dan yang disembelih atas nama berhala…..” (QS Al-Ma’idah: 3)

Dalam Islam, menyembelih hewan haruslah dengan cara yang baik dan tidak menyakitki hewan tersebut, karena hewan yang disembelih tersebut merupakan makhluk Allah.
Allah melarang manusia menyakiti hewan dan juga melarang memakan hewan yang disembelih dengan tidak menyebut nama Allah.

Ada sebuah kisah kematian seorang tukang potong hewan yang cukup tragis yang justru terjadi karena ulahnya sendiri.
Kejadian ini berawal dari sebuah tempat pemohongan hewan seperti sapi dan kambing di salah satu sudut kota, seperti dilansir dari http://nm-hidayah.blogspot.co.id :

Para pekerja yang sudah siap melakukan pekerjaannya untuk memotong hewan-hewan yang sudah dipesan.
Waktu itu masih menunjukkan pukul 05.00 pagi.
Udara yang masih dingin tidak dirasakan oleh para pekerja itu, karena mereka sudah terbiasa dengan udara yang seperti itu, dan mereka bekerja hingga waktu malam.

Tak hanya memotong, mereka juga bertugas menguliti hewan tersebut sampai diambil pelah pedagang yang memesan untuk dijual di pasar.
Namun, udara pagi itu sepertinya sangat dirasakan oleh Ramlan (Bukan nama sebenarnya) yang juga bertugas sebagai penyembelih hewan di tempat pemotongan hewan tersebut.
Ia merasa sangat kedinginan hingga udara menusuk pori-porinya.

Badannya pun dirasakan kurang fit untuk melanjutkan tugasnya pagi itu.
"Eh, Sepertinya badanku panas dingin, apa karena udara pagi ini ya." tanya Ramlan kepada teman kerjanya.
"Apakah kalian juga merasa kedingina" sambungnya.
"Tidak, aku tak merasa kedinginan. Seperti biasa saja" jawab salah satu temannya.
Semakin pagi, tubuh Ramlan semakin merasakan kedinginan, walau pun ia sudah mencoba menghangatkan tubuhnya dengan meminum secangkir kopi panas.

Karena terus merasa kedinginan hingga menggigil, teman-teman Ramlan pun berinisiatif untuk mengantarkan Ramlan pulang kerumahnya.
Ketika sampai dirumah, pak Ramlah pun langsung memilih masuk kamar dan berbaring sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal untuk menghilangkan rasa dinginnya.

Sampai tiga hari tubuhnya tetap saja mengigil kedinginan dan Pak Ramlah pun masih belum beranjak dari kasurnya.
Ratih, istri Ramlan pun mulai mencemaskan kondisi suaminya hingga ia harus bolak-balik kekamar untuk mengecek kesehatan Ramlan.
Setelah tiga hari, Ramlan masih merasa kedinginan dan ia merasa dibagian lehernya terasa sedikit perih.

Setelah diperiksa, ternyata lehernya terlihat membengkak dan memerah serta terasa gatal.
Ramlan tak henti-hentinya menggaruk lehernya karena merasakan leharnya yang bengkak itu semakin lama semakin terasa gatal.
Akibat sering menggaruk, lehernya yang bengkak akhirnya pecah dan mengeluarkan lendir seperti nanah bercampur darah.

Selang beberapa hari, bengkak dileher Ramlan semakin parah, tak hanya mengeluarkan nanah, luka akibat garukan pak Ramlah juga mengeluarkan ulat-ulat yang menjijikkan.
Ulat tersebut semakin lama semakin banyak yang keluar dari leher Ramlan.
Melihat kondisi yang demian, Ratih pun memeriksakan suaminya ke dokter terdekat untuk memastikan penyakit Ramlan.

Dokter pun menyarankan agar Ramlan menginap di rumah sakit untuk dirawat karena penyakit ini cukup membahayakan dan dapat mempengaruhi pernapasannya.
Karena kondisi keuangan yang pas-pasan, Ramlan tidak melakukan saran dar dokter untuk menginap di rumah sakit tersebut.
Sepulang dari rumah sakit, Ramlan hanya dirawat oleh Ratih istrinya.

Ratih pun berusaha membuat ulat-ulat yang terus keluar dari lehernya.
Karena sakitnya yang semakin hari semakin parah ditampah ulat yang keluar semakin banyak, dan kondisi badan yang sudah tidak kuat menahan rasa sakit, Ramlan pun mengalami sakaratul maut.
Di kamarnya, Ramlan meronta-ronta kesakitan yang teramat sangat dengan tubuh yang kejang-kejang.

Ratih yang melihat Ramlan kejang-kejang sambil berteriak langsung memegang tangan dan tubuh Ramlan dengan sekuat tenaga.
Dengan tubuh yang kejang-kejang, Ramlan memegang lehernya dan berusaha untuk menjerit, tapi seperti ada yang menahan suaranya untuk keluar.

Seperti hewan yang hendak dipotong, Ramlan pun meronta-ronta sambil memegang lehernya sampai jantungnya berhenti berdetak. Ramlan pun akhirnya meninggal dunia.
Ratih pun memanggil orang-orang desa untuk memberi kabar bahwa suaminya meninggal.
Warga desa tersebut pun berbondong-bondong menuju rumah Ramlan untuk melayat dan mengurus penguburan suami Ratih tersebut.

Proses penguburan pun selesai dengan aman dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Warga desa tersebut pun merasa ada yang aneh dengan kematian Ramlan karena ulat yang keluar secara terus menerus di lehernya itu.

Berdasarkan cerita dari teman-temanya yang bekerja di tempat pemotongan hewan tersebut, dua jam sebelum Ramlan merasa kedinginan, ia sudah memotong 4 ekor sapi dan satu ekor kebau.
Setelah beristirahat, ia pun melanjutkan untuk memotong seekor kerbau dongkok (kerbau yang tanduknya melengkung).
Tanpa memberitahu teman-temannya, ia sendirian menggeret seekor kerbau tersebut dan mengikatkan pada tiang tempat penyembelihan.

Setelah itu, dengan cepat ia menyembelih kerbau itu dalam kondisi berdiri tanpa dijatuhkan terlebih dahulu.
Setelah disembelih, kerbau tersebut meronta-ronta sambil menggerakkan kakinya menahan sakit dengan mengeluarkan suara yang keras, ia seperi mengamuk walau kepala terikat di tiang.
Setelah 20 menit ngamuk, kerbau tersebut akhirnya mati.

Kejadian ini dilihat langsung oleh teman-teman Ramlan, namun mereka tidak dapat berbuat banyak, karena Ramlan begitu cepat memotong kerbau tersebut hingga mereka tidak sempat untuk mencegahnya.

Mungkin itulah apa yang Ramlan dapatkan yang memotong hewan dengan tanpa belas kasihan dalam keadaan berdiri tanpa menyebut nama Allah.
Seperti hadis : “Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan (kebaikan) pada segala sesuatu. Maka jika kalian membunuh hendaklah kalian berbuat ihsan dalam membunuh dan apabila kalian menyembelih, maka hendaklah berbuat ihsan dalam menyembelih. (Yaitu) hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya agar meringankan binatang yang disembelihnya” (H.R. Muslim).

sumber : palembang.tribunnews.com

Iklan Atas Artikel